Pages

Tuesday, 19 June 2018

Bunga Rafflesia arnoldi (Bungei Sekedei)


Bunga Rafflesia arnoldi (Bahasa Rejang Bungei Sekedei) merupakan Padma raksasa tumbuhan parasit obligat yang tumbuh di dalam batang tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma. Rafflesia arnoldi terkenal karena memiliki bunga yang sangat besar, bahkan terbesar di dunia.Rafflesia arnoldi tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Nutrisi yang dibutuhkan bunga ini diambil dari pohon inangnya. Bunga yang ditetapkan sebagai flora identitas provinsi Bengkulu ini juga tidak memiliki batang maupun akar sehingga yang tampak hanyalah bunganya saja yang berkembang dalam kurun waktu tertentu.
Penamaan Rafflesia arnoldi tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Sumatera. Seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles sehingga penamaan bunga Rafflesia arnoldi atas dasar dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga raksasa berbau busuk tersebut.

Rafflesia arnoldi memiliki bunga yang melebar dengan 5 mahkota bunga. Saat mekar, diameter bunga ini dapat mencapai 70-110 cm dan tingginya mencapai 50 cm dengan berat mencapai 11 kg. Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, akan tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu Rafflesia arnoldii akan layu lalu mati.

Pada dasar bunga Rafflesia di bagian tengah berbentuk seperti mulut gentong terdapat benang sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga. keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat presentase keberhasilan pembuahan dibantu oleh lalat sangat kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan.

Rafflesia arnoldi berbau busuk, tetapi bukan termasuk bunga bangkai.sedangkan Bunga bangkai sendiri adalah Amorphpophallus titanium (Titan Arum). Rafflesia arnoldii merupakan jenis Rafflesia terbesar, bahkan memegang rekor sebagai bunga terbesar di dunia yang tumbuh endemik di Sumatera,Indonesia.
Dibeberapa lokasi Rafflesia arnoldi dapat dijumpai antara lain di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Seblat di Kabupaten Bengkulu Utara, dan Padang Guci Kabupaten Kaur.
Rafflesia arnoldii dianggap sebagai salah satu spesies tanaman terancam di bumi. Beberapa spesies Rafflesia, seperti Rafflesia magnifica, bahkan diklasifikasikan sebagai "sangat terancam punah oleh Perhimpunan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Kisaran kecil distribusi spesies ini dan penghancuran habitat Rafflesia adalah dua faktor utama yang mendorong spesies ini untuk punah. para pemerhati lingkungan telah berusaha menumbuhkan Rafflesia di lingkungan yang terkendali dan terlindungi, upaya semacam itu sebagian besar tidak berhasil.

Fort York




Fort York (Benteng york bengkulu) Inggris mendirikan bangunan pertahanan/benteng yang diberi nama Fort York pada tahun 1865 yang didirikan di antara laut dan sungai Serut ( Muara Sungai Bengkulu ). Bangunan ini murni berfungsi sebagai tempat pertahanan utama Inggris ( EIC ) dalam mempertahankan daerah penghasil rempah-rempahnya dari serangan Belanda dan Perancis.
Pada masa selanjutnya karena Fort York ini didirikan di dekat sungai dan rawa mangrove yang tidak sehat dan menyebabkan wabah malaria, maka Fort York ini dipindahkan ke daerah tepi pantai barat yang strategis yang kemudian terkenal sebagai Fort Marlborough.
Berdirinya Benteng Marlborough tidak lepas dari keberadaan Benteng York yang sudah digunakan sebelumnya. Benteng York didirikan di atas bukit di pinggiran muara Sungai Serut yang dikelilingi oleh rawa-rawa. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai penyakit menular antara lain disentri, kolera, dan malaria. Oleh karena keletakan Benteng York yang kurang menguntungkan bagi bangsa Inggris maka Inggris melakukan pendekatan kembali kepada raja-raja Bengkulu untuk mendapatkan lokasi baru untuk mendirikan benteng sebagai pengganti Benteng York.
Inggris mendapatkan lokasi baru yang lebih besar dan letaknya yang strategis diantara sebuah bukit kecil di pinggir pantai Tapak Paderi. Pembangunan benteng ini dilakukan secara bertahap selama lima tahun, pembangunanya dikerjakan oleh arsitek dan para pekerja yang sengaja didatangkan dari India. Pemberian nama Fort Malborough adalah sebagai kenangan kepada seorang komandan militer Inggris bernama John Churchill yang terkenal sebagai “The First Duke Of Marlborough.

Baca Juga:benteng marlborough jejak kekuasaan inggris di bengkulu

Benteng Marlborough merupakan benteng pertahanan Inggris yang didirikan pada rentang tahun 1714-1718 dengan ukuran panjang 240,5 m dan lebar 170,5 m atau sekitar 44.100, m². Selama pendirian tersebut tercatat nama-nama penguasa Bangsa Inggris di Bengkulu yaitu Yoseph Collet (1712-1716), Thiophilus Shyllinge (1716-1717), Richard Farmer (1717-1718), Thomas Coke (1718- ? ).
Ketika benteng tersebut hampir selesai dibangun, rakyat bengkulu yang dipimpin oleh Pangeran Jenggalu menyerang Benteng Inggris yang mengakibatkan orang-orang Inggris lari ke Madras (India), penyerangan ini terjadi karena rakyat Bengkulu merasa dirugikan oleh pihak Inggris. Setelah keadaan aman, pemerintah Inggris yang diwakili oleh Gubernur Joseph Walsh datang kembali ke Bengkulu dan membuat perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1724 dengan pihak Kerajaan Sungai Lemau. Selain adanya serangan dari dalam (masyarakat pribumi) Benteng Marlborough juga mendapat serangan dari luar, pada tahun 1760  terjadi penyerangan terhadap benteng Marlborough oleh dua buah kapal Perancis di bawah pimpinan Comte d’Estaing dengan 500 orang awaknya. Setelah ada perjanjian antara pemerintah Perancis dan Inggris di Perancis pada tahun 1763 pihak Perancis membantu memperbaiki kerusakan dan mengembalikan kepada pihak Inggris.Dalam tahun 1807 terjadi suatu peristiwa bersejarah yang dikenal peristiwa Mount Fellix. Peristiwa ini merupakan gerakan sosial yang terjadi pada masyarakat petani sebagai protes terhadap sistem tanam kopi yang dipaksakan. Pada tanggal 23 Desember 1807 Thomas Parr dibunuh di kediamannya di Mount Fellix yang kemudian dimakamkan di Benteng Marlborough.
Pada tanggal 17 Maret 1824 dilakukan suatu perjanjian antara pemerintahan kerajaan Inggris dan Belanda yang dikenal dengan Traktat London. Akibat dari adanya Taktat London tersebut maka daerah Bengkulu menjadi kekuasaan pemerintah Belanda sejak 1824-1942.